Pandemi yang telah berjalan selama hampir 1 tahun ditambah berbagai regulasi pemerintah seperti PSBB, PPKM mau tidak mau memaksa para pebisnis untuk memutar otak, mencari upaya agar tetap survive.
Salah satu sektor perdagangan yang terdampak pada saat pandemi adalah food & baverage, misalnya : restoran, kedai dan tempat makan lainnya. Berdasarkan data, di Jakarta selama 7 bulan pandemi Covid-19, tercatat lebih dari 1.000 restoran tutup secara permanen (sumber : detik.com)
Namun demikian, masih ada restoran-restoran yang tetap buka dan tetap dicari pembeli selama pandemi. Berdasarkan analisa lembaga survei iconesia, selain strategi diskon (baik sendiri maupun dengan kolaborasi bersama beberapa payment gateway), berikut adalah strategi para pebisnis F&B di era new normal :
1. Branding sebagai “HEALTHY FOOD” & “HYGIENIC RESTAURANT”
Konsumen di era new normal menyadari bahwa mereka perlu selektif dengan mengkonsumsi makanan sehat yang diproses serta dikemas secara higienis. Pengusaha F&B perlu membrandingkan hal ini dengan cara menampilkan foto/ video bahan makanan yang sehat serta cara memasak dan penyajian sesusai dengan protokol kesehatan di media sosial
2. Menyajikan menu “FROZEN FOOD”
Sajian menu dalam bentuk frozen food adalah daya tarik bagi membuat pelanggan yang ingin mengolah kembali makanan untuk keluarga di rumah dengan rasa restaurant pada saat yang diinginkan. Dan bahkan bukan hanya frozen food, melainkan juga aneka minuman dalam kemasan besar.
3. Menyediakan layanan “TAKE AWAY” & “DELIVERY”
Layanan take away dan delivery baik yang dikelola langsung oleh resto maupun bekerjasama dengan vendor seperti : GoFood / GrabFood, memudahkan pelanggan mendapatkan produk anda dengan lebih mudah.
4. Pilihan transaksi “NON TUNAI”
Layanan non tunai, baik melalui transfer, mesin EDC, maupun kerjasama dengan beberapa payment gateway mutlak disediakan untuk memudahkan pelanggan bertransaksi dengan aman dan nyaman.